[MELIHAT ALLAH]

بسم الله الرحمن الرحيم
MELIHAT ALLAH

Dalam AL-QUR'AN dan Hadits,
ALLAH telah menjelaskan secara tersirat tentang metode untuk menemui ALLAH dan melihat ALLAH ( RU’YATULLAH ) yaitu :
Al-Kahfi ayat 110 :
"……. barang siapa yang mengharapkan menemui Tuhannya, maka kerjakanlah amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada-nya”.
Pada ayat tsb di atas terdapat kalimat “AMAL SHALEH”
Kata “ AMAL ” mempunyai arti perbuatan atau metode atau cara.
Sedangkan istilah “ SHALEH ” yang se-akar dengan kata “shalah” dan “shalat” mempunyai makna hubungan atau penghantar atau sambungan.
Jadi
“ AMAL SHALEH ” mempunyai arti suatu perbuatan atau metode yang dapat menghantarkan seseorang kepada pengalaman bertemu ALLAH.
AMAL yang SHALEH pada hakekatnya adalah AMAL atau PERBUATAN atau METODE yang telah dicontohkan oleh para Utusan ALLAH dalam usahanya untuk mengadakan pertemuan dengan Tuhannya.
Dan yang harus diingat,
bahwa jumlah para Rasul dan Nabi yang diutus oleh ALLAH adalah sangat banyak, dan tidaklah mungkin semuanya itu diutus hanya di satu daerah tertentu saja.
ALLAH telah menurunkan para Utusan-NYA itu ke berbagai penjuru dunia.
Dan tidak tertutup kemungkinan ALLAH juga pernah menurunkan Utusan-NYA di negeri Cina atau Shindustan, sehingga Nabi MUHAMMAD Saw memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk belajar ilmu di negeri tsb
Dalam AL-QUR'AN dan hadits,
ALLAH telah menjelaskan secara tersirat tentang metode untuk menemui ALLAH ( LIQA’ ALLAH ) dan melihat ALLAH ( RU’YATULLAH ) yaitu :
“Dan berapa banyak Kami telah mengutus Nabi-Nabi pada umat terdahulu… “. (QS Az Zukhruf 43 : 6)
“Ada beberapa Rasul yang telah Kami kisahkan tentang mereka kepada kamu sebelumnya, dan Rasul-Rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu…… “. (QS an Nisa 4 : 164).
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu orang-orang yang mengharap pertemuan dengan ALLAH dan hari Akhirat dan banyak mengingat ALLAH”. (QS Al Ahzab 33 : 21)
“Dan tiap-tiap umat ada Rasul ALLAH….”. (QS Yunus 10 : 47).
Untuk mencapai pertemuan dengan ALLAH diperlukan usaha dari setiap manusia dengan bimbingan seorang Guru Mursyid yang telah mencapai derajat MAKRIFATULLAH atau yang telah mengalami pengalaman bertemu ALLAH dengan berpedoman kepada Kitab-Kitab Suci yang telah diturunkan kepada umat manusia.
Prosesi Menemui ALLAH yang telah dicontohkan oleh para Rasul, Nabi dan Para Pewaris Nabi, pada intinya mempunyai satu kesamaan yaitu kita harus dapat melakukan prosesi mengulang kembali ke awal mula penciptaan manusia..
“Dan sesungguhnya kamu datang menemui Kami dengan sendirian seperti Kami ciptakan kamu pada awal mula kejadian dan kamu akan meninggalkan dibelakangmu semua apa yang Kami karuniakan kepadamu….. “. (QS Al An ‘am 6 : 94).
“Mereka dihadapkan kepada Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang menemui Kami seperti Kami telah menciptakan kamu pada awal mula kejadian, bahkan kamu menyangka bahwa Kami tiada menetapkan janji bagi kamu “. (QS Al Kahfi 18 : 48).
“Perempuan-perempuan kamu (istri-istrimu) adalah seperti ladang bagimu, maka datangilah ladangmu sebagaimana kamu kehendaki dan kerjakanlah kebajikan untuk dirimu, bertaqwalah kepada ALLAH dan ketahuilah bahwa kamu akan menemui-NYA, dan sampaikanlah berita gembira untuk orang-orang yang beriman “.
(QS Al Baqarah 2 : 223).
“Dan mereka menanyakan kepadamu tentang haid. Katakanlah, “itu adalah penyakit atau kotoran”. Sebab itu hindarilah perempuan selama masa haid dan janganlah dekati mereka sebelum suci. Bila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri“. (QS Al Baqarah 2 : 222).
….. Ketika kami sedang berada disisi Rasulullah, tiba-tiba beliau bertanya :
“Adakah orang asing diantara kamu ?”.
Kemudian beliau bersabda :
“Angkat tangan kamu dan tutuplah pintumu”. (HR Al Hakim)
“Tutuplah pintumu dan ingat Allah”. (HR Bukhari).
.
Dalam memahami proses kembali ke awal mula penciptaan manusia, kita sering terjebak dalam cerita atau kisah-kisah yang bersifat simbolis sehingga terjadi penyimpangan dalam menafsirkan dan menerapkannya.
Oleh sebab itu dalam memahami prosesi kembali ke awal mula penciptaan manusia, kita harus berpegang pada pedoman sebagai berikut :
● Pertama :
Setiap Kitab Suci mempunyai ayat-ayat yang bersifat Mukhamat dan Muthasyabihat.
“Dialah yang menurunkan Al Kitab kepada kamu. Diantara isinya ada ayat-ayat yang mukhamat, itulah pokok-pokok isi AL-QUR'AN dan yang lain adalah ayat-ayat Mutasyabihat……”. (QS Ali Imran 3 : 7).

● Kedua :
Setiap ayat yang mengisahkan tentang proses kembali ke awal mula penciptaan manusia, selalu mengandung pengertian yang berpasangan baik lahir maupun batin serta mengandung banyak perumpamaan atau amtsal.
.
“Dan Kami ciptakan segala sesuatu berpasangan-pasangan supaya kamu mendapatkan pengajaran”. (Ad Dzariyat 51 : 49).
“Maha Suci ALLAH yang telah menciptakan segala sesuatu berpasangan-pasangan diantara yang tumbuh di bumi danm pada diri mereka dan dari apa yang mereka yang tidak diketahui” (QS Yasin 36 :36).
“Sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulangkali kepada manusia dalam AL-QUR'AN ini bermacam perumpamaan tetapi kebanyakan manusia enggan Amenerimanya kecuali ingkar”. (QS Al Isra 17 : 89).
“Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam AL-QUR'AN ini bermacam-macam perumpamaan untuk manusia. Dan sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu bukti, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata : Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kebohongan belaka”. (QS Ar Rum 30 : 58).
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”. (QS Al Ankabut 29 : 43)
.
● Ketiga :
Setiap Kitab Suci, ditujukan untuk manusia yang masih HIDUP.
Apa yang diperintahkan dalam Kitab Suci harus bisa dilaksanakan oleh manusia ketika dia masih HIDUP di atas dunia.
Berdasarkan 3 pedoman tsb,
kita akan coba untuk membahas ayat-ayat yang menjelaskan metode untuk menemui dan melihat ALLAH .
Dalam surat Al-Kahfi 18 : 110 telah dijelaskan bahwa apabila seorang manusia ingin berjumpa dengan ALLAH selagi masih hidup di dunia, maka ia harus melakukan “AMAL SHALEH”.
Berdasarkan surat Al An”am 6 : 94 ALLAH telah memberitahukan bahwa proses bertemunya seorang manusia dengan-NYA adalah seperti ketika manusia diciptakan pada awal mula kejadian.
Dengan dalil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa intisari dari metode amal shalih adalah suatu proses pengulangan kembali ke awal mula kejadian penciptaan seorang manusia.
.
Bagaimanakah proses awal mula penciptaan seorang manusia ?
.
Dan apa hubungannya dengan proses bertemunya seorang manusia dengan ALLAH . ??
Marilah kita lihat sejarah hidup Nabi MUHAMMAD Saw dalam mencari keberadaan Sang Khaliknya.
Sejak lahir sampai berumur 25 tahun, MUHAMMAD telah diajarkan dan didoktrin oleh para pemuka agama kaum Quraisy bahwa Tuhan yang harus disembah adalah Tuhan-Tuhan yang berwujud patung-patung yang mempunyai nama antara lain Lata Uza, Manata dan lainnya.
Dalam diri MUHAMMAD pada waktu itu tidak mempercayai ajaran tsb, sehingga beliau meminta ijin kepada isterinya SITI KHODIJAH untuk berTAHANUTS atau berUZLAH atau berKHALWAT mengasingkan diri ke dalam Gua Hira dilereng Gunung Cahaya (JABAL NUR) dengan tujuan untuk mencari Tuhan yang sebenarnya.
Selama berbulan-bulan MUHAMMAD berTAHANUTS/ berUZLAH/berKHALWAT di Gua Hira, tetapi belum juga menemukan cara untuk bertemu sekaligus mengenal Sang Khalik.
Tetapi berkat usaha beliau yang tidak kenal menyerah, akhirnya di usia ke 40 tahun, beliau (MUHAMMAD) mendapatkan WAHYU yang pertama kali dari ALLAH melalui malaikat JIBRIL yang isinya adalah perintah untuk IQRA = MEMBACA/ MERENUNGKAN dan MEMPELAJARI PROSES AWAL MULA PENCIPTAAN DIRI SEORANG MANUSIA.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari Alaqah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Pemurah. Yang mengajari manusia dengan Qalam. Dia mengajari manusia apa yang belum diketahuinya”. (QS Al Alaq 96 : 1-5).
Berdasarkan dalil tersebut, marilah kita coba renungkan bersama..
MUHAMMAD pada waktu itu berTAHANUTS/ berUZLAH/berKHALWAT di Gua Hira dengan tujuan untuk mencari, menemui dan mengenal keberadaan Sang Khalik yang sebenarnya, walaupun beliau tidak mengetahui cara atau metode untuk bertemu dengan Sang Khalik.
Untuk maksud tersebut,
akhirnya ALLAH memerintahkan melalui malaikat JIBRIL agar beliau ( MUHAMMAD ) mempelajari proses awal mula penciptaan seorang manusia dari AL ALAQAH.
Tentunya MUHAMMAD pada waktu itu bertanya dalam QALBUnya, apakah hubungan antara proses awal mula penciptaan manusia dari AL ALAQAH dengan proses bertemunya seorang manusia dengan ALLAH ?
Dengan kecerdasan yang dimiliki oleh beliau dan pengajaran yang diajarkan oleh ALLAH, melalui malaikat JIBRIL akhirnya beliau menemukan jawabannya, sehingga akhirnya beliau pada hakikatnya dapat bertemu dan melihat ALLAH untuk pertama kalinya di Gua Hira.
Kemudian selanjutnya beliau selalu mendapatkan pengajaran dari ALLAH melalui malaikat JIBRIL berupa WAHYU-WAHYU sampai beliau berusia 63 tahun.
Demikianlah sekilas sejarah hidup Nabi MUHAMMAD Saw dalam mencari Tuhannya.
Dari sejarah Nabi MUHAMMAD Saw tsb, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk bertemu dengan ALLAH kita harus mempelajari proses awal mula penciptaan diri yang bermula dari AL ALAQAH.
Kata ALAQAH mempunyai 2 arti yaitu
1. cinta kasih yang melekat.
2. segumpal darah.
Dari 2 pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa proses penciptaan manusia bermula dari rasa cinta ALLAH kepada makhluk-NYA.
Hal ini sesuai dengan Hadits Qudsi :
“AKU dahulu adalah permata yang tersembunyi. AKU rindu untuk dikenal, maka AKU ciptakan makhluk agar ia mengenal-KU”. (HR. Bukhari).
.
Rasa cinta ALLAH kepada makhluk-NYA itu kemudian diberikan kepada ayah ibu kita sehingga timbullah rasa cinta diantara keduanya, yang kemudian dilekatkan dalam sebuah ikatan perkawinan.
Kemudian mereka melakukan persenggamaan sehingga terjadilah penyatuan 2 rasa cinta yang dilebur menjadi 1.
Dalam persenggamaan tsb terjadilah pelepasan SPERMATOZOA dari ayah, yang selanjutnya mereka bergerak menuju pasangannya yaitu OVUM atau SEL TELUR yang berada di dalam Rahim.
Setelah mereka bertemu maka SPERMA ( NUTFAH ) akan bergerak mengelilingi SEL TELUR sebanyak 7 kali mirip gerakan THAWAFnya para jamaah HAJI.
Setelah itu barulah SPERMA ( NUTFAH ) berusaha untuk menembus lapisan pelindung SEL TELUR.
dan jika berhasil maka terjadilah penyatuan antara SEL TELUR dengan SPERMA ( NUTFAH ) yang akan mengakibatkan pembuahan yang selanjutnya membentuk SEGUMPAL DARAH atau AL ALAQAH yang merupakan cikal bakal JANIN, bayi manusia.
Selanjutnya ALAQAH tsb berproses menjadi MUDGHAH, IZHAMAH, dan LAHMAH kemudian baru menjadi JANIN bayi yang sempurna secara jasmaniyah, kemudian ALLAH meniupkan RUH-NYA kedalam JANIN bayi tsb.
Ketika berada di dalam Rahim,
sang bayi mengalami keadaan dimana semua aktifitas inderawinya tidak berfungsi secara sempurna.
Atau dengan kata lain,
lubang-lubang inderawinya masih tertutup karena sang bayi berada dalam AIR KETUBAN ( OMNIUM WATER ) selama kurang lebih 9 bulan, sampai akhirnya sang bayi lahir ke alam dunia ini.
Berdasarkan uraian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa proses awal mula penciptaan seorang manusia melalui 2 tahapan yaitu
> Tahap pertama
berasal dari cinta kasih seorang pria dan wanita yang saling dilekatkan dengan ikatan perkawinan dan persenggamaan.
> Tahap kedua
yang merupakan lanjutan dari tahap pertama yaitu segumpal darah yang melekat di dinding rahim yang terus berproses menjadi janin bayi yang terendam didalam air ketuban selama 9 bulan.
Dalam surat Al An’am 6 : 94 telah diisyaratkan bahwa proses bertemunya seorang manusia dengan ALLAH adalah seperti proses awal mula penciptaan diri manusia itu sendiri, yaitu
PERSENGGAMAAN kedua orang tuanya dan SEGUMPAL DARAH yang kemudian menjadi bayi yang berada dalam kandungan ibunya.
Mungkin timbul 2 pertanyaan dalam diri kita,
– Pertama,
apa hubungannya antara persenggamaan dengan proses bertemunya seorang manusia dengan ALLAH ?
– Pertanyaan kedua,
apa hubungannya antara proses penciptaan janin bayi dalam kandungan dengan proses bertemunya seorang manusia dengan ALLAH ?
*Inilah masalah yang selama ini dirahasiakan oleh Nabi Muhammad Saw*
.
“Janganlah engkau berikan ilmu ini kepada yang tidak membutuhkan, karena itu adalah perbuatan zhalim. Tetapi jangan engkau tidak berikan ilmu ini kepada yang membutuhkan, karena itu juga perbuatan zhalim”. (Al Hadits) .
Seorang sahabat yang bernama Abu Hurairah juga pernah berkata :
“Aku hafal dua karung (kitab) hadits dari Rasulullah Saw. Yang satu karung (kitab) sudah aku siarkan kepada kalian semua. Sedang yang satu lagi kalau aku siarkan, niscaya dipotong orang leherku”. ( HR Bukhari).
.
Berdasarkan dalil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa ada Kitab Hadits yang disembunyikan oleh Abu Hurairah, yang kemudian diajarkan hanya kepada orang yang terpilih yang terus diwariskan sampai ke generasi sekarang.
Sebagian besar isi dari Kitab Hadits tsb berkaitan dengan masalah metode untuk melihat ALLAH dan bertemu dengan-NYA, melalui proses pengulangan awal mula kejadian penciptaan manusia.
Dengan niat yang baik,
saya mencoba menyingkap masalah tsb dengan dasar AL- QUR’AN dan Hadits :
.
“Dan janganlah engkau sembunyikan kebenaran itu, padahal engkau mengetahuinya”. (QS Al Baqarah 2 : 42).
“Sampaikanlah kebenaran itu walaupun pahit”. (HR Bukhari).
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan atau merahasiakan keterangan-keterangan dan petunjuk-petunjuk yang telah Kami turunkan setelah Kami menjelaskannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknat ALLAH dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat kecuali orang-orang yang telah bertaubat, berbuat kebaikan dan menerangkan apa-apa yang mereka sembunyikan, maka mereka itulah yang Aku terima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS Al Baqarah 2 : 159-160).
“Sampaikanlah dariku, walaupun satu ayat”. (Al Hadits)
.
Di dalam AL-QUR"AN,
ALLAH telah mengisyaratkan hubungan antara persenggamaan dengan proses bertemunya seorang manusia dengan ALLAH , yaitu :
.
“Perempuan-perempuan kamu (istri-istri kamu) adalah seperti tempat bercocok tanam bagimu, maka datangilah tempat bercocok tanam milik kamu itu sebagaimana kamu kehendaki. Dan buatlah kebaikan untuk dirimu dan bertakwalah kepada ALLAH dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui-NYA dan sampaikanlah berita ini gembira untuk orang-orang yang beriman”. (QS Al Baqarah 2 : 223).
Sebagian besar mufasirin menafsirkan ayat tersebut termasuk ayat yang bermakna MUKHAMAT artinya jelas dan terang sesuai dengan teksnya.
Tetapi apabila kita teliti lebih lanjut, terdapat 1 keanehan yang tersirat dalam ayat tersebut, yaitu pada awalnya ayat itu berbicara tentang masalah persenggamaan (berjima’) antara seorang suami dengan istri-istrinya, tetapi tiba-tiba diakhir ayat tersebut terdapat kalimat :
“dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui-NYA dan sampaikanlah berita gembira ini kepada orang-orang beriman”
Tentunya kita bertanya,
Apa hubungannya antara persenggamaan dengan kabar gembira bahwa kita akan menemui ALLAH ?
Mengapa ALLAH menggabungkan antara permasalahan tatacara bersenggama (berjima’) dengan masalah proses menemui-NYA dalam satu ayat ?
Adakah makna yang tersirat dari ayat tersebut ?
Inilah permasalahan yang akan kita coba bahas dengan hati-hati, karena hal ini merupakan masalah yang sangat sensitif yang bisa menimbulkan kesalafahaman dan fitnah, seperti yang terjadi pada penulisan kitab “Darmogandul” dan Kitab “Gatoloco” yang menjadi polemik pada waktu itu sampai sekarang ini.
Proses bertemunya seorang manusia dengan ALLAH adalah melalui suatu proses yang mirip dengan proses awal mula penciptaan manusia (surat Al An’am 6 ayat 94).
Kata “MIRIP” inilah yang harus diperhatikan dan dipahami dengan benar..!!
Kata “MIRIP” ini merupakan terjemahan dari kata “KAMAA”.
Dalam bahasa Arab, kata “ KAMAA ” mempunyai banyak arti yaitu *seperti, sebagaimana, bagaikan atau mirip.
Kita sering tidak menyadari arti kata “KAMAA” ini.
Dari arti ini dapat disimpulkan, bahwa proses bertemunya seorang manusia dengan ALLAH adalah seperti proses penciptaan awal mula kejadian manusia yaitu yang diawali dengan persenggamaan antara ayah ibu kita adalah bukan dalam arti yang sebenarnya, tetapi proses tersebut hanya bersifat mirip dengan proses awal mula penciptaan manusia (persenggamaan).
Bagaimanakah kemiripannya ?
Untuk memahami permasalahan tsb, kita harus menyadari bahwa ALLAH telah menciptakan segala sesuatu dengan berpasangan (QS 51 : 49)
Demikian juga DIRI kita,
juga diciptakan dengan berpasangan,
“Maha Suci ALLAH yang telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS Yasin 36 : 36)
Pada bagian akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa kita tidak mengetahui secara keseluruhan apa saja yang diciptakan ALLAH secara berpasangan.
Tegasnya,
masih banyak yang diciptakan secara berpasangan yang belum diketahui oleh kita, salah satunya adalah tentang diri kita sendiri yang ternyata juga berpasangan.
Diri kita yang bersifat JASMANI mempunyai pasangannya yaitu diri yang bersifat RUHANI.
Diri JASMANI kita juga mempunyai pasangan secara jenis kelamin, yaitu PRIA dan WANITA.
Dalam pandangan ahli hakikat,
pada diri setiap manusia, terdapat syimbol kelakian dan kewanitaan, baik secara genital maupun secara sifat.
Secara GENITAL KELAKIAN diberi tanda khusus dengan organ yang berbentuk “huruf ALIF” atau “LINGGA” atau “ALU”.
Secara GENITAL KEWANITAAN diberi tanda khusus dengan organ vital yang berbentuk “huruf BA” atau “YONI” atau “LUMPANG”.
Dalam bahasa Arab,
- ORGAN VITAL KELAKIAN di sebut AD-DZAKAR
- ORGAN VITAL KEWANITAAN disebut AL-UNTSA.
SIFAT KELAKIAN disebut dengan istilah AR-RIZAL
SIFAT KEWANITAAN disebut dengan istilah AN-NISA.
Setiap DIRI manusia juga mempunyai 2 SIMBOL KELAKIAN dan KEWANITAN sekaligus ( APRODITE ), yaitu
- 7 lubang INDERAWI yang ada di KEPALA dan 3 lubang yang ada di BADAN sebagai SIMBOL KEWANITAAN,
- 10 JARI TANGAN sebagai SIMBOL KELAKIAN.
Inilah MAKNA SIMBOLIS dari HAKIKAT ISTERI, yang di isyaratkan dalam AL-QUR'AN :
.
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untuk kamu istri dari anfusmu sendiri……..”. (QS Ar Rum 30 : 21)
“Dia menciptakan kamu dari diri yang satu, kemudia Dia menjadikan daripadanya istrinya……”. (QS Az Zumar 39 : 6)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kamu kepada Tuhanmua yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Allah menciptakan istrinya….”. (QS An Nisa 4 : 1)
7 lubang INDERAWI yang ada di KEPALA manusia merupakan tempat berkumpulnya 4 RASA INDERAWI yaitu
- pendengaran,
- penglihatan,
- penciuman
- pengucapan,
yg oleh AHLI HAKIKAT dianggap sebagai SIMBOL “ 4 ISTERI ” yang harus dinikahi secara keseluruhan ( poligami ), agar ke 4 HAWA NAFSU yang ada pada
- lubang telinga,
- lubang mata,
- lubang hidung
- mulut
dapat dipimpin dan dikendalikan oleh Sang SUAMI.
“Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim, hendaklah kamu menikahi siapa saja di antara perempuan-perempuan yang kamu sukai dua, tiga, atau empat tetapi jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja atau kamu mengambil budak-budak perempuan yang kamu miliki……”.
(QS An Nisa 4 : 3)
.
Seorang lelaki yang dapat mempunyai 4 istri dan dapat mengendalikan dan memimpin ke 4 istrinya adalah type seorang muslim yang terbaik, hal ini sesuai dengan hadits nabi MUHAMMAD Saw :
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata : Ibnu Abbas berkata kepadaku :
“Apakah engkau telah menikah?”
Aku menjawab : “Belum”.
Ia berkata : “Menikahlah,
Karena sesungguhnya sebaik-baiknya orang Islam adalah yang lebih banyak istrinya. (HR Bukhari dan Ahmad).
.
Secara Simbolis dalil tsb menjelaskan tentang hakikat dari keberadaan HAWA NAFSU yang berada disetiap lubang telinga, lubang mata, lubang hidung dan mulut.
Ke-empat INDERAWI ( telinga-mata-hidung-mulut ) merupakan SIMBOL dari PEREMPUAN YATIM,
Artinya perempuan yang hidup sendirian (yatim = sendiri, satu-satunya atau tidak berbapak).
Aktifitas mendengar, melihat, mencium dan mengucap, mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan sendirinya ( yatim ), karena mereka sudah diprogram oleh ALLAH untuk menjalankan fungsinya sesuai dengan perintah-NYA.
Telinga hanya berfungsi untuk mendengar,
Mata hanya berfungsi untuk melihat,
Hidung hanya berfungsi untuk mencium,
Mulut hanya berfungsi untuk mengucap dan mengecap saja.
Singkatnya fungsi INDERAWI mereka tidak akan tertukar diantara mereka.
.
Hal ini yang diisyaratkan dalam firman-NYA :
“Dan sungguh Kami telah menciptakan di atas (kepala) kamu tujuh (lubang) jalan (aktifitas inderawi). Dan tidaklah Kami lalai memelihara (fungsi inderawi) yang Kami ciptakan itu”. (QS Al Mu’minun 23 : 17)
Setiap INDERAWI mempunyai kebutuhan yang sangat FITRAH yang harus dipenuhi.
Apabila kebutuhan itu terpenuhi dengan baik maka ia akan bahagia atau sebaliknya ia akan tidak bahagia apabila kebutuhannya tidak terpenuhi.
.
Kebutuhan mata adalah melihat.
Kebutuhan telinga adalah mendengar.
Kebutuhan hidung adalah mencium
Kebutuhan mulut adalah mengucap dan mengecap.
.
Semua kebutuhan itu harus dipenuhi dengan adil, tetapi kadang kita tidak bisa berbuat adil.
misalnya kita hanya mendahulukan kepentingan salah satu inderawi saja dibandingkan kebutuhan inderawi lainnya atau kita hanya mempercayai salah satu inderawi saja dibandingkan mempercayai inderawi lainnya.
Inilah yang diisyaratkan secara simbolis dalam firman-NYA :
“Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istrimu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, maka janganlah kamu terlalu cenderung kepada istri yang kamu cintai sehingga engkau biarkan istri yang lain seperti tergantung (terlupakan)……”. (QS An Nisa 4 : 129)
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, kadang para istri atau wanita menjadi sumber fitnah dan dosa, karena mereka banyak menuntut kebutuhannya secara berlebihan, sehingga Nabi MUHAMMAD Saw pernah bersabda
“Aku tidak meninggalkan umatku fitnah yang kebih berbahaya buat lelaki lebih dari fitnah yang dibawa kaum wanita”. (Al Hadits) .
“Bumi ini subur dan indah. Dan Tuhan telah menyerahkan amanah kepada kalian di muka bumi ini. Jika muncul godaan di dunia, berhati-hatilah kalian. Dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bangsa Isarail adalah fitnah wanita”. (HR Muslim).
.
Secara simbolis,
Hadits tersebut menjelaskan bahwa keinginan dari HAWA NAFSU yang ada di LUBANG INDERAWI kita, bisa juga menjadi perangkap setan (setan adalah sifat menjauh atau merenggang dari kebenaran) yang seringkali menimbulkan permasalahan karena kita akan terus mengikuti kemauannya dan selalu memenuhi kebutuhannya, sehingga kita akan menjauh dari nilai-nilai kebenaran.
Misalnya,
kita selalu menuruti apa saja yang yang diinginkan oleh mulut, sehingga kita makan secara berlebihan tanpa mempedulikan apakah makanan itu halal atau haram, thayib atau tidak.
Untuk mengatasi masalah tsb ALLAH telah memberikan jalan keluarnya yaitu agar setiap lelaki atau suami selalu mengendalikan dan memimpin wanita atau istri-istrinya atau HAWA NAFSUnya yang terdapat pada telinga, mata, hidung dan mulut.
“Lelaki adalah pemimpin atas para wanita karena ALLAH telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)…..”. (QS An Nisa 4 : 34)
Siapakah Sang SUAMI atau LELAKI secara hakekat ?
Secara hakikat
Simbol “SUAMI atau LELAKI” adalah JARI-JARI TANGAN kita.
Hanya JARI-JARI TANGAN kitalah yang dapat mengendalikan HAWA NAFSU atau KEINGINAN yang berlebihan yang timbul dari ke 4 ISTERI kita yaitu telinga, mata, hidung dan mulut, dengan cara mengIHRAMkan (melarang) mereka untuk beraktifitas seperti yang diisyaratkan dalam gerakan TAKBIRATUL IHRAM dalam setiap awal ibadah SHOLAT.
Ketika keinginan untuk mendengar, melihat, mencium dan mungucap atau mengecap sudah sangat berlebihan, maka satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan menutup lubang-lubang inderawi tersebut dengan jari-jari tangan kita, dengan gerakan TAKBIRATUL IHRAM (Takbir Larangan).
Dengan tertutupnya LUBANG-LUBANG INDERAWI kita maka secara berangsur-angsur keinginan HAWA NAFSU dari para ISTERI mulai menghilang.
Gerakan TAKBIRATUL IHRAM secara simbolis juga mengisyaratkan hubungan antara “PERNIKAHAN atau PERKAWINAN” SIMBOL KELAKIAN yaitu jari-jari tangan, dengan SIMBOL KEWANITAAN yaitu lubang-lubang inderawi, dengan proses pertemuan dengan ALLAH, seperti yang diisyaratkan dalam firman-NYA :
“Istri-istrimu adalah seperti ladang (tempat bercocok tanam) bagimu, maka datangilah ladangmu (tempat bercocok tanammu) sebagaimana kamu sukai dan buatlah kebaikan untuk dirimu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui-NYA dan sampaikanlah kabar gembira ini untuk orang-orang yang beriman”. (QS Al Baqarah 2 : 223)
.
Ayat tsb apabila ditafsirkan secara simbolis, akan mempunyai arti sebagai berikut :
● Pertama :
Kata “ISTERI-ISTERI” dalam ayat tersebut mempunyai makna simbolis 7 LUBANG INDERAWI yang berada di KEPALA manusia.
Sedangkan kata ganti KAMU, pada ayat tersebut mempunyai makna simbolis 10 JARI TANGAN manusia.
.
● Kedua :
Pada ayat tersebut terdapat kalimat
“Perempuan-perempuan (isteri-isteri) kamu adalah ladang bagi kamu. Maka datangilah ladangmu sebagaimana kamu kehendaki”.
Kalimat tsb mempunyai arti simbolis bahwa ke 7 LUBANG INDERAWI kita adalah LADANG bagi 10 JARI TANGAN.
(Ladang adalah tempat untuk bercocok tanam, apabila tempat itu cocok untuk ditanam dengan satu jenis tanaman tertentu maka ditanamlah tanaman tsb).
Hal ini berarti 7 LUBANG INDERAWI yang ada di KEPALA adalah tempat yang cocok bagi JARI-JARI TANGAN untuk ditanamkan di lubang-lubang tersebut sesuai dengan keinginan kita.
Bagaimana mencocokkannya, silahkan tanya kepada ahlinya..! 
.
● Ketiga :
Pada ayat tersebut juga terdapat kalimat
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui-NYA”.
Kalimat ini mempunyai arti simbolis, bahwa ketika JARI-JARI TANGAN sudah ditanamkan ke dalam LUBANG-LUBANG INDERAWI maka dalam posisi demikian sesungguhnya kita sedang melakukan prosesi untuk bertemu dengan ALLAH .
Jadi
prosesi menemui ALLAH dapat terjadi ketika SIMBOL KELAKIAN ( jari-jari tangan ) dipertemukan dengan SIMBOL KEWANITAAN yaitu lubang-lubang inderawi.
Inilah yang dimaksud dengan hakikat pernikahan “BIL YAD” ( pernikahan dengan mempergunakan tangan ) atau “SIRRI” atau “RAHASIA”, yaitu pernikahan yang bersifat rahasia antara JARI-JARI TANGAN dengan LUBANG INDERAWI yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
.
● Keempat :
Pada akhir ayat tersebut terdapat kalimat
“Dan sampaikanlah berita gembira ini kepada orang-orang yang beriman”.
Kalimat ini mempunyai arti simbolis bahwa prosesi menemui ALLAH yang diisyaratkan dalam surat tersebut harus disebarluaskan kepada orang-orang yang beriman sebagai kabar gembira, agar mereka dapat mengetahui dan melaksanakan tatacara menemui ALLAH tersebut selagi mereka masih hidup di atas dunia.
.
(TUAK ILAHI)

(NUR SALASIA}

بسم الله الرحمن الرحيم

TIADA SATU NAFAS PUN TERLEPAS DARIPADAKU MELAINKAN DI SITU PULA ADA QADAR YANG BERLAKU DI ATAS MU, karena hakikat nafas itu adalah penyatuan antara pencinta dengan yang dicintai, inilah yang dikatakan makna sholat yang berkekalan, sebab sholat itu adalah MIKRAJNYA bagi orang yang mukmin, maka dari itu ikutilah gerak nafasmu sampai kepada yang dicintai yaitu Allah, inilah peringkat yang terpuji karena pada peringkat inilah yang dikatakan : "SHOLATLAH ENGKAU KEPADA DIRIMU SENDIRI, SEBAB YANG ADA PADA DIRIMU HANYALAH PENYEMBAHAN PADA DIRIMU, TIADA LAIN DIRIMU ITU MELAINKAN DIRIKU JUA ADANYA"
============================
Maksudnya ialah tukarlah arah pandanganmu atau hadapmu dari Kiblat Kaabah kepada yang Haq, lakukan ini semasa turun naiknya Nafas, ITULAH SHOLAT YANG BERKEKALAN, maka dari itu turun naiknya nafas mu disebut dengan "ASH0LATU DAIMULHAQ" maksudnya adalah SHOLAT DIAM tetap tanpa gerakan, dilakukan terus menerus sepanjang hidup, itu jugalah yang disebut SHALAT ABADI karena menuju ALAM KEABADIAN
============================
NIATNYA dalam hati mu adalah SH0LAT DAIM UNTUK SELAMA HIDUP, karena BERDIRI itu adalah hakikatnya HIDUPmu, RUKUK itu adalah hakikatnya PENGLIHATANmu, IKTIDAL itu adalah hakikatnya PENDENGARANmu, SUJUD itu adalah hakikatnya PENCIUMANmu, BACAAN AYAT itu adalah hakikatnya UCAPANmu, DUDUK itu adalah hakikatnya IMANmu, PUJIAN itu adalah hakikatnya KELUAR MASUK NAFASmu, DZIKIR itu adalah hakikatnya INGATANmu, KIBLAT itu adalah hakikatnya RENUNGANmu, jadi FARDHU itu adalah hakikatnya MENJALANKAN YANG WAJIB LANTARAN KUDRATku, PASRAHnya engkau KEPADA DZATku yang maha HIDUP, KARENA YANG DEMIKIAN ITU TELAH BERDIRInya engkau PADA ZAT, SIFAT dan PERBUATANku
============================
inilah Al Qur'an sejati, sebagai tanda HAKIKAT semua SH0LAT, inilah HAKIKAT SH0LAT DAIM yakni sholat yang sejati, tanpa dihalangi waktu, tidak mempunyai hitungan rakaat, SH0LAT DAIM inilah yang boleh sambil kerja, duduk dengan berdiri, berdiri dengan duduk, lari dengan berhenti, membisu dengan bercerita, bepergian dengan tidur, tidur dengan terjaga seperti itulah ibaratnya, sebab HAKIKAT SH0LAT DAIM itu tanpa SUJUD dan RUKUK, yakni hanya berada dalam RASA HIDUPmu semata
============================
Inilah Sholatul Daim yang dinamakan Sholat yang berkekalan, Wahdah Fil Kasrah yaitu pandang satu kepada yang banyak, maka yang dinamakan Nafas itu yang keluar masuk daripada mulut, maka yang dinamakan Nupus itu yang keluar masuk daripada hidung, maka yang dinamakan Tanapas itu yang keluar masuk daripada telinga, maka yang dinamakan Ampas itu yang keluar masuk daripada mata, maka Napas itulah yang menuju kepada HAQ, karena itu hendaklah engkau ketahui Ilmu Nafas, yaitu Ilmu Ghaibul Ghuyub, karena itu adalah salah satu daripada ibadahnya Muhammad
============================
Nafas masuk HU-Muahammad, Nafas tertahan HU-Ahmad, Nafas keluar HU-Ahad, Maka amalan inilah yang dinamakan Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah, dari Allah, dengan Allah dan untuk Allah, Dari Allah mengerakkan Ruhaniah,dari ruhaniah mengerakan Al-Hayat, dari Al-Hayat menggerakkan nafas dan dari nafas menggerakkan jasad dan pada hakikatnya itu Allah jua yang menggerakkan sekaliannya sebagaimana firmaNya: “Ya Muhammad, bukanlah engkau yang melontar ketika engkau melontar, akan tetapi Allah lah yang melontar ketika engkau melontar"
============================
Jadi pada pandangan dzahirnya perbuatan hamba, tetapi pada pandangan mata hati adalah perbuatan Allah jua adanya, itulah yang dikatakan hubungan antara hamba dengan Allah dan Allah dengan hamba ialah umpama matahari dengan cahaya yang tidak bersekutu atau bersatu dan tidak bercerai antara cahaya itu dengan zat matahari, Cahaya itu bukan matahari dan bukan lain daripada matahari, Contoh yang lain pula seperti api dengan asap, asap itu menunjukkan adanya api dan asap itu bukan api dan tidak lain daripada api yang tidak bercerai dan tidak bersekutu, begitulah juga hamba dengan Allah, tidak bercerai dan tidak bersatu, maka ketika itu akal kita akan berkata: "Alangkah ajaibnya, bagaimana boleh berhimpun kedua-duanya (hamba dengan Allah) yang berlawanan padahal kedua-duanya tidak sah berhimpun antara satu sama lain." Sebagaimana di isyaratkan Nabi Artinya: "Tidak bercerai antara nafi dan isbat, siapa yang menceraikannya kafir, siapa yang menyatukanNya kufur"
============================
Kata pepatah: "Tak kenal maka tak cinta, tak cinta maka tak dekat, tak dekat maka tak belajar, tak belajar maka tak mengerti, tak mengerti maka tak paham, tak paham maka tak mengetahui, tak mengetahui maka tak berkata, tak berkata maka tak merasa, tak merasa maka Lenyaplah manusia, karena Rasa dirasa adalah sama, tidak terpisah dari dahulu kala, hanya nafsu menutup pintunya, sungguh Dia telah lama bertahta disana, dicarinya Dia jauh dibalik gunung, tidak disadari dirinya meraung, menjerit-jerit minta di tenung, supaya bertemu kekasih yang dikandung"
------------
KESEMPURNAAN DIRI
-----------------------------
Ketahui RAHASIA ini : “Barang siapa tidak mengetahui tentang ilmu pernafasan maka dia tidak akan mengetahui, Syahadat, Istinja, Junub dan janabat”
__________________________________
Walaupun dia ahli Fikih.. ahli Tauhid.. ahli Tasawuf.. kalau masih belum mengenal ilmu hakekat diri yang asli yaitu “turun naik nafas” , dan masih berpegangan kepada nama dan bacaan maka masih belum sempurna ilmunya yang Haq
__________________________________
“MAN ABDAL ISMU’U NAL MA’NA FAHAU KAFIRUN” Barang siapa menyembah Nama tiada mengetahui yang punya nama orang itu kafir
__________________________________
“MAN ABDAL ISMU’U NAL MA’NA FAHUA BATILUN”
Barang siapa menyembah nama tiada mengetahui nama hukumnya batil yaitu sia-sia belaka
__________________________________
Jadi bukan nama, bukan bacaan namun yang lebih wajib adalah hakekat asal kejadian diri kita yang sebenar-benarnya
__________________________________
Ketahuilah RAHASIA ini : "Ujud Allah yaitu nafas yang LAISA, tidak ada umpamanya, Karena Allah itu hanya nama kebesaran diri nabi kita MUHAMMAD S.A.W"
__________________________________
Kita harus sungguh-sungguh mengenal diri dzahir dan batin, Barang siapa tidak mengenal Allah dari awalnya.. Barang siapa tidak mengenal Allah dari akhirnya… Barang siapa tidak mengenal Allah dari dunia dan akhirat.. Barang siapa tidak mengenal Allah dari hidupnya.. Niscaya tidak mengenal juga di negeri akhirat
__________________________________
Apabila kita mampu Mengenal Diri kita yang sebenar-benarnya, maka kita tidak terdindingi dengan Nabi kita MUHAMMAD S.A.W. karena tiada lain diri kita bertubuh NUR MUHAMMAD dzahir dan bathin
__________________________________
Barang siapa kenal dengan dirinya tentu kenal dengan Rasullullah S.A.W. PASTI, akan melihat kebesaran Jalal dan Jamalnya Rasullullah S.A.W
Itulah nama kebesaran ALLAH yang disebut SUBHANAHUWATA’ALA, Yang tidak lain adalah diri “HU.. “ diri nabi kita Muhammad S.A.W, Itulah yang sebenarnya LAISA bernama HUAJIBUL UJUD
__________________________________
"yang dikatakan laisa kamislihi itu sudah jelas, pandang yang banyak pada yg Esa.. pandang yang Esa pada yang banyak.. bukan dengan pandanganmu.. namun pandangan-Nya..bukan dengan rasamu namun dengan rasa-Nya"
__________________________________
Kosong itulah yang disebut LAISA yang bernama Wajibul ujud, Tajjali sendiri menjadi Nur Muhammad bernama titik zarrah, Dari titik menjadi Alif yaitu terjadinya alam semesta
__________________________________
Kosong nafas turun menahan itulah kesempurnaan syahadat, adanya denyut kita, Titik adalah rahasia Nabi kita ‘Nur Salasia’ yang ter-rahasia yaitu : Dua nama satu wujud, yaitu rahasia titik dan kosong itulah adanya, Alif waktu keluar nafas kita, kodrat dan iradatnya, bernama Allah Ta’ala, semata-mata asma dan af’al
__________________________________
Kembali dari asalku (dzahir dan batin), Asal Alif dari pada bapak (Hak Allah), Jadi tubuh kita HAKULLAH (sudah diterima oleh ibu), Kenyataannya, nama dan yang punya nama memuji nama, Jadi yang berkata dan yang bersuara ‘Nur Salasia’ Itulah nama Allah yang ter-rahasia, Itulah yang menggenapkan 99 nama Allah menjadi 100
__________________________________
ALLAH adalah Kalamullah dan Qadim.. MUHAMMAD adalah kamulah dan qadim.. Dua nama tidak terpisah.. satu kesatuan
__________________________________
Kalau dua nama dikatakan terpisah,
Maka.. Binasalah akidahnya.. Binasalah imannya.. Binasalah islamnya.. dan binasalah ihsanya…
__________________________________
akan termasuk orang yang jahil… juga Yang mengatakan Nur Muhammad Muhadast
Binasalah amalnya, Binasalah segala perbuatannya.. Beribadah seperti musyrik saja..
__________________________________
Maka.. Sangat perlu dipahami lagi, Hakekatnya dua nama itu dua wujud atau satu wujud…?
__________________________________
Bahwa, HU… Didalam ilmu Makrifat dinamakan ISMUL JALALLAH, yaitu nama tentang keadaan Maha Tunggi yang awal-awal telah ada dengan sendirinya, yaitu yang LAISA adanya.
__________________________________
Bahwa, HU.. Didalam Ilmu Hakekat bermakna tentang keadaan yang Maha Esa yang awal-awal telah ada.
__________________________________
Bahwa, HUWA.. Adalah diri Muhammad (AHMAD)
yang awal-awal telah ada yakni Al Insanul Kamil yang Maha Suci.
__________________________________
Keadaan Allah yang sebenarnya ini sungguh-sungguh sangat dirahasiakan, Bahwa Allah hanya nama Kebesaran Puji bagi Al Insanul Kamil … “AINUL MUHAMMAD” Berpeganglah pada pendirianmu… tetap… jangan berubah lagi.. sampai akhir hayat.
__________________________________
Yang menjadi pokok pembahasan ilmu Makrifat pada mulanya adalah dari surah Al-Iklas
“QULHU ALLAHU AHAD…” Dimaknakan mejadi :
“Katakan hai Muhammad Allah itu Esa” Dari makna inilah timbul pendapat bahwa Muhammad Rasulullah itu manusia biasa, atau pesuruh Allah di dunia untuk menyelamatkan manusia dari pada kemusyrikan dan kemunafikan.
__________________________________
QUL + HUWA = berkata HUWA domirnya ialah ANTA, kalau Anta tidak ada maka tidak ada yang menyatakan : “Qulhu Allahu Ahad”
__________________________________
Maka, Anta dalam Ilmu Makrifat ada dua makna yaitu :
-
1. Anta yang Dzahir
2. Anta yang Batin
__________________________________
Adapun Anta yang dzahir adalah Al Insan Nabi kita Muhammad SAW, maka insan itu adalah alat komunikasi atau sebagai jarum jam diri orang Mukmin yang bergerak setiap detik, Tiada huruf dan tiada suara, di ingat tidak di ingat, bergerak terus memuji DiriNya sendiri, 1X24 jam = 28.000 pujiNya, di ingat atau tidak di ingat
__________________________________
Adapun Anta yang Batin yakni Sirrul Insan adalah Muhammad SAW jua, maka HUWA dan ANTA hanya satu saja yaitu Huwa Muhammad atau Huwa Ahmad, Anta Muhammad dinamakan Mubtadi yaitu kalimat yang menjadi pokok perhatian di dalam Ilmu Makrifat
__________________________________
Dan Allah itu dinamakan Kabar Awal yaitu Kabar pertama menerangkan tentang keadaan HUWA, Sedangkan Allah (Tuhan) kabar yang umum pada yahudi dan nasranipun memakainya, namun Al-Quran menerangkan dengan kalimat : “WAMA HUM BI MU’MININ” Dan tiadalah mereka itu orang yang beriman”
__________________________________
Sebenarnya karena mereka tidak yakin dengan kalimat syahadat : “WA ASHADU ANNA MUHAMMADARRASULULLAH”
__________________________________
Tahukah kalian…, Bahwa didalam kitab Nasrani sekarang nama Allah sangat banyak disebutkan, demikian pula “HU” ada 6000 lebih banyaknya.
Dan bagi kita, kitab itu tidak bisa di imani karena nama nabi Muhammad SAW telah di hilangkan
__________________________________
Maka demikian juga bila kita ada mengenal ilmu batin yang hanya mengenal Allah saja dan tidak mengenal Nabi Muhammad SAW, itu sama saja dengan ilmu batinnya Yahudi dan Nasrani
__________________________________
Ingat ..!!
-
Bukan kita menghilangkan nama Allah sama sekali, bahwa Allah tetap ada, namun yang dikenal dengan Allah hanya Rasulullah SAW.
__________________________________
Inti Makrifat adalah mengenal diri yang sebenar-benarnya, Bahwa kita berasal dari Allah (Qadim) kemudian kembali kepada Qadim (Allah), dengan kalimat : INNALILLAHI WAINNAILAIHI ROJI’UN
__________________________________
3 faktor penting dalam Makrifat adalah :
-
PERTAMA :
La ta’yin = Belum ada ketentuan
Ahadiyah = Maha Tunggal
Dzatul Buhti = Dzat yang kekal
-
Penjelasan :
Disini Allah di umpamakan laut yang tiada bergelombang.. Dia-lah Tuhan yang maha suci dan maha tinggi, tiada martabat diatasNya lagi.
Bahwa manusia sudah ada sejak dahulu dan tiada terpisah dengan Tuhannya, Bahwa kita sudah berada dalam rahasia Allah SWT, namun karena Allah belum ada nampak maka kita belum juga di tampakkanNya, jadi sejak La ta’yin manusia sudah tetap dalam rahasia Allah tetapi belum ada pengakuan apa-apa karena belum nampak dan belum ditampakkan
__________________________________
KEDUA :
Ta’yin awal = Ketentuan yang pertama
Wahdah = Tunggal
Hakekatul Muhammadiyah = Asal mula segala yang ada
-
Penjelasan :
Disini Tuhan telah menampakkan diriNya, maka ditampakkan-Nyalah manusia itu dahulu (titik) didalam dirinya sendiri seraya melihat dan berkata : ALASTU BIRABBIKUM? Maka di jawab dengan : BALA SYAHIDNA
Setelah pengakuan ini terjadi maka Tuhan berkata : “Saat ini Aku akan mengambil empat anasar dari tubuhmu Ku jadikan alam agar engkau menetap kelak”, maka kita menjawab dengan kalimat : ‘LA HAULA WALA KUATA ILLABILLAH’
-
Setelah itu diambillah :
– Dari Rahasia dijadikan Api
– Dari Ruh dijadikan Angin
– Dari Hati dijadikan Air
– Dari Tubuh dijadikan Tanah
-
Maka jadilah Alam semesta dengan segala isinya,
Selanjutnya “titik” itu mengembang menjadi banyak, tumbuh dan besar menjadi ALIF.
__________________________________
KETIGA :
Ta’yin tsani = Ketentuan kedua
Wahdiyah = Mentauhidkan
Hakekatul Adam = Asal mula manusia
-
Penjelasan :
Bahwa Alif pada Dzat menyelubungi semua rahasia yang ada, Disini Allah seumpama laut dengan gelombangnya, sesungguhnya Allah SWT Tuhan yang maha suci lagi maha tinggi diumpamakan laut, sedangkan semua yang ada diumpamakan gelombang, adapun gelombang itu tiada terpisah dari laut adanya.
-
Bahwa : Ketiga martabat diatas semuanya adalah Qadim, Yang terdahulu atau terbelakang hanya lah sebutan saja, bukan karena waktu. Ketika kita mengatakan Ahdah (maha tunggal), Wahdah (tunggal), Wahdiyah (menunggalkan Atau.. Ketika kita mengatakan La Ta’yin (belum tentu), Ta’yin awal (sudah tentu), Ta’yin tsani (ketentuan berikutnya) Maka.. Ketiga martabat itu semua adalah Qadim.
-
Sedangkan yang awal dan yang akhir hanya perkataan saja, bukan karena waktu namun karena sesungguhnya laut yang tiada bergelombang, disitu juga terdapat satu gelombang (titik), maka dari titik itu berkembang menjadi banyak, itulah yang dinamakn ALIF, pada hakekatnya satu saja namun tiga dalam sebutan.
__________________________________
Mengertilah akan hal ini betul-betul.. Jadikan dasar pegangan dalam hati sanubari, Bahwa tiada terpisah kita dengan Allah SWT, Dari awal yang tiada berawal hingga akhir yang tiada berakhir, Inilah satu pemahaman Makrifat yang sempurna,
__________________________________
Nur Salasiah itulah yang benar-benar LAISA, Nur yang awal-awal muncul karena kedzahiran nabi Muhammad SAW yang luar biasa, semata-mata hanya ikhtibar bagi kita umat Rasulullah SAW. “Aku adalah seperti kamu jua..” ini perkataan ikhtibar saja, Rasulullah SAW itu ‘U’ Ahad
__________________________________
Ke dzahiran kita manusia Muhammad namanya, Laki-laki dan perempuan, Adam dan Hawa, tiada lain adalah dari satu titik noktah, Itulah yang dikatakan satu kesatuan, Itulah ujud hakiki Rasulullah SAW Sudah Nampak..? jangan di pahami lagi
__________________________________
HU awal mula mengucap, HU nikmat awal terjalin, HU ma’nikam asal aku jadi, Muhamad aminullah nama tuhanku, Muhammad rasulullah nama nyawaku, Muhammadiah nama hambaku, Wujud-berwujud wujud Allah
__________________________________
MUHAMMAD ….
-
MIM = Wal Mim ul awwalu yadullu nara siha
HA = Wal Ha ul yadullu ala dzohiri
MIM = Wal Mim us tsani yadullu ala surati
DAL = Wad Dallu yadullu ala qoda mihi
__________________________________
HU …… Awal nabi kita Muhammad SAW atau yang LAISA mengucapKan nama “ALLAH”
-
ALIF = ibarat Dzat kepada nabi kita, itulah Rahasia yang tersirat bernama Muhammad Aminullah
-
LAM AWAL = ibarat Sifat kepada nabi kita, itulah Nyawa yang bernama Muhammad Rasulullah
-
LAM AKHIR = ibarat Asma kepada nabi kita, itulah Hati yang bernama Muhammad Nurani
-
HA = ibarat Af’al kepada nabi kita, itulah Rupa yang bernama Muhammad Jasmani
__________________________________
Pandanglah ke dalam.. Kembalikan.. Tidak lain satu kesatuan adanya.. Apa jua pun… Karena, Dzat Allah gaib pada alam Ruh, Sifat Allah gaib pada alam Misal, Asma Allah gaib pada alam Ajsam, Af’al Allah gaib pada alam Insan
__________________________________
Dan, Dzat Allah pada alam Ruh bernama Nur, Sifat Allah pada alam Misal bernama Ke-dzahiran, Asma Allah pada alam Ajsam bernama Mu-dzahir, Af’al Allah pada alam Insan bernama Manusia
__________________________________
Ingatlah.!!
-
Kesemuanya tiada bercerai dari pada asal.. Maujud-lah Dzat-Sifat-Asma-Af’al, itulah MUHAMMAD, Kuasa sendirnya, Wujudnya Makrifat, Lakunya Suci, Jalannya SEMPURNA, Tempatnya halus, Sifatnya Syukur,
__________________________________
Hendaklah jangan perkataan ini diasa-asakan lagi, Jangan pula tanyakan pada sembarang orang, Belajarlah pada ahlinya agar bertambah IMAN di dada dan SEMPURNA ilmunya.
__________________________________
Nafsiah, Salbiyah, Ma’ani, Ma’nawiyah, Jalal, Jamal, Kohar dan Kamal, itulah adanya kesempurnaan Sifat 20, Itulah yang sebenar-benarnya menerangkan tentang ke-LAISA-an diri nabi kita Rasulullah SAW, yaitu diri ‘HU’
__________________________________
20 Sifat dipecah menjadi satu, 19 (Sembilan belas) Sifat kepunyaan Haq Tuan Nabi SAW yang LAISA, tajjalinya Dzat Hua jibul ujud (bernama Allah) yang sebenarnya Nur Muhammad SAW jua pelakunya.
__________________________________
1 (satu) tersedia pada diri kita yaitu ujud ada mustahil tidak ada, maksudnya adanya nafas kita yaitu ALIFULLAH yang tesedia pada diri seluruh manusia
__________________________________
Takbiratul Ihram, adalah saat dimana kita memesrakan nama Nabi kita Muhammad SAW yang di dalam diri, yang meliputi seluruh tubuh kita, bernama yang hidup tiada lain Dzat Hayyun, yaitu nafas yang keluar masuk, Dari Sifat 20, himpun sifat Salbiyah, diperkecil menjadi sifat Ma’ani atau sifat 7, kembali sifat 7 waktu mesranya menjadi empat nasab saja yaitu : pendengaran, penciuman, penglihatan, pengrasa
Pendengaran nur, penciuman nur, penglihatan nur, pengrasa nur himpun menjadi SATU RAHASIA semua, Himpun lagi terakhir ujud ada mustahil tiada
__________________________________
Setiap orang sudah berada pada jalurnya, dan setiap jalur menurut pandagan orang tersebut adalah benar, ini tidak berbicara salah dan benar, karena setiap orang pasti akan memandang lurus pada jalur yang di laluinya.
__________________________________
Adanya jalur karena adanya kehidupan, berpeganglah kepada hidupmu, hidup itulah Nyawa, Nyawa itulah MUHAMMAD, jangan engkau ragu dengan jalurmu.
__________________________________
LA ILAHA ILLA ALLAH
LA = Hidup
ILAHA = Ruh
ILLA = Nafas
ALLAH = Nyawa
-
Inilah peganganmu, Jangan cari lagi..

[MENGKAJI RAHASIA HURUF - MUHAMMAD NUR]

بسم الله الرحمن الرحيم
"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""'"
Awalnya huruf itu hanya melambangkan sebuah rumus yang tidak memiliki arti apa-apa
--------------------------------
Kemudian..
Huruf disusun menjadi sebuah kata, susunan kata menjadi sebuah kalimat dan dalam kalimat mengandung sebuah pengertian
tetapi..
“Pengertian itu bukanlah sebuah kalimat..!!”
--------------------------------
Dahulu,
sebelum ada kesepakatan manusia mengenai Rumusan Huruf..
--------------------------------
Maka.. Huruf adalah sebuah artikulasi yang keluar dari dorongan udara yang terhalang oleh pita suara pada tenggorokan, sehingga menghasilkan suatu bunyi…
Seandainya rumus-rumus itu tidak ada..
Maka Huruf dan Kata dan Kalimat pun tidak ada, …
--------------------------------
Namun..
Walaupun rumus-rumus dan huruf-huruf tidak ada..,
Tapi.. Hakekat pengertian dalam diri manusia tetap ada.
--------------------------------
Kita bisa menemukan bahasa yang sama pada diri manusia seluruh dunia yaitu BAHASA JIWA, yang..
Tidak berhuruf..
Tidak bersuara,..
Tidak bergambar…
--------------------------------
Maka.. benarlah adanya jika demikian bahwa AL-QUR'AN itu awalnya adalah bahasa WAHYU (Bahasa ALLAH)
--------------------------------
“LA SHAUTIN WALA HARFUN”
“Tidak berupa suara dan bukan berupa huruf”
--------------------------------
Yang kemudian di-translate kedalam bahasa manusia yaitu Bahasa Arab.
--------------------------------
Saat itu..
Rasulullah hanya mengerti dengan jelas apa yang telah turun kedalam jiwanya.
Bahasa ALLAH itu berupa ILHAM atau WAHYU
--------------------------------
Menurut kamus bahasa Arab dalam Munzid, ILHAM itu berarti memasukkan pengertian kedalam JIWA seseorang dengan cepat.
--------------------------------
Dimasukkan dengan cepat = dituangkan sesuatu pengetahuan-pengetahuan ke dalam JIWA dalam sekaligus dengan tidak lebih dahulu timbul fikiran dan muqadimahnya, …
--------------------------------
Seperti sesekor lebah..,
Ketika menerima WAHYU dari ALLAH , binatang itu tidak mengenal huruf, akan tetapi.. Lebah mampu menangkap ajaran ALLAH ..
--------------------------------
ketika ALLAH meng-instruksi-kan untuk membuat rumahnya, maka lihatlah bagaimana Lebah membuat rumah yang indah dan tersusun rapi.
--------------------------------
PENGERTIAN itu tidak terdiri dari rangkaian huruf atau suara..
--------------------------------
Seperti perasaan CINTA..
Perasaan ini tidak tertulis huruf C-I-N-T-A. Walaupun anda tidak menggunakan rangkaian huruf dan suara mengapa anda memahami cinta itu ??
--------------------------------
Yang akhirnya anda menterjemahkan kedalam bahasa manusia menjadi aku cinta ….
Selanjutnya..
Setelah anda mengerti uraian diatas..
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Maka mari-lah kita membahas mengenai Rahasia Huruf dalam AL-QUR'AN:
--->
AL-QUR'AN mengandung 6666 ayat, Terhimpun dalam AL FATIHAH Dan AL FATIHAH pula terhimpun dalam BISMILLAHIRRAHMAN NIRRAHIM
Dan BISMILLAHIRRAHMAN NIRRAHIM terhimpun dalam ALIF
Sedangkan ALIF terhimpun dalam BA’ Dan BA’ terhimpun pada TITIK/ NOKTAHnya.
--------------------------------
Pada TITIK/NOKTAH inilah AWAL MULA semua kejadian bentuk huruf….
--------------------------------
Jadi..
Pada seluruh rangkaian firman sebanyak 30 juz itu ternyata terangkum dalam Ummul QUR’AN (AL FATIHAH).
--------------------------------
Pada Ummul QUR’AN (AL FATIHAH). menyimpulkan inti ajaran AL-QUR'AN :
--->
Tentang masalah Ketuhanan yaitu Sifat, Af’al dan Zat Allah…
--------------------------------
Dia-lah Allah yang memiliki Sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang.., Tidak ada yang berhak menyandang pujian kecuali Dia. Dia- lah tempat segalanya bergantung.., Karena Dia adalah penguasa alam semesta dan diri manusia
--------------------------------
Berarti rangkaian ayat-ayat dalam AL FATIHAH tertumpu pada huruf BA’ (dalam tata bahasa Arab sebagai BA’ Sababiyah)
--------------------------------
Artinya..
Semua yang ada berasal dari huruf BA’ dengan sebab Ismi/ Nama.
--------------------------------
Kalau di pisah BI- ISMI- ALLAH
Semua yang ada karena adanya Asma, Pada Asma terdapat yang memiliki Asma yaitu Dzat, Ini terangkum dalam arti TITIK, Huruf BA’ .. akan tidak bermakna apa-apa jika tidak mempunyai TITIK,
--------------------------------
Maka.. pada TITIK itulah Rahasia dari segala Rahasia ini di mulai..
Karena TITIK baru bersifat KUN (jadilah) maka terjadilah segala sesuatu.
--------------------------------
Karena KUN-NYA yang dilambangkan dengan TITIK, merupakan asal dari segala coretan huruf berasal dari titik-titik yang beraturan sehingga menjadi garis dan garis menjadi bentuk atau wujud.
--------------------------------
Sedangkan Zat tidak berupa titik, karena titik masih merupakan sifat dari pada DzAT.
--------------------------------
Artinya..
KUN ALLAH bukanlah DZAT.
Karena KUN ( KALAM atau WAHYU ) adalah sifat dari pada Dzat, (bukan Dzat itu sendiri) Sehingga arti TITIK adalah akhir dari segala ciptaan, HURUF yang berTITIK menjadi NYAWA bagi AL-QURAN itu sendiri.
--------------------------------
Pada TITIK ini terkandung ide-ide yang akan tergores suatu bentuk dan pada wilayah inilah yang dimaksud dalam Ilmu Hakekat Usul Diri sebagai NUR MUHAMMAD (Cahaya Terpuji),
--------------------------------
Karena segala sesuatu akan memuja dan mengikuti kehendak Dzat, Dan Dzat berkata melalui KUN-NYA, maka jadilah semuanya.
__________________________________
AL-QUR’AN DALAM DIRI MANUSIA
Di dalam AL-QUR'AN ada 2 ayat yang jelas-jelas menyebutkan bahwa AL-QUR'AN itu di turunkan oleh ALLAH di dalam diri manusia dengan menggunakan istilah HATI dan DADA.
--------------------------------
Pertama :
Surah Al-Baqarah ayat 97.
“Man kaana ‘aduwwan lijibriila fa-innahu nazzalahu ‘alaa qalbika bi-idznillaahi mushaddiqan limaa bayna yadayhi wahudan wabusyraa lilmu’miniin.”
--------------------------------
Katakanlah : “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya ( AL-QUR'AN ) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
--------------------------------
Kedua :
Surah Al-Qiyamah ayat 16.
Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkan AL-QUR'AN (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
--------------------------------
Telah kita ketahui bersama bahwa :
AL-QUR'AN itu terbentuk dari titik kemudian menjadi huruf dan seterusnya menjadi ayat yang ber-jumlah 6666 ayat dan menjadi panduan hidup manusia… kemudian… di masuk-kan pula oleh Allah ke dalam diri manusia
--------------------------------
Pada kesempatan ini mari-lah sama-sama kita coba untuk mengkaji maksud sebenar-nya ayat di-atas karena ayat tersebut sangat JELAS dan MUDAH untuk di-pahami,
--------------------------------
Yang menjadi persoalan-nya sekarang ialah..
--------------------------------
AL-QUR'AN yang mana-kah yang di-maksud itu ?
--------------------------------
AL-QUR'AN itu sudah berada di dalam hati manusia (Al-Baqarah 97)
--------------------------------
AL-QUR'AN itu sudah berada di dalam dada manusia (Al-Qiyamah 16)
…… sebaiknya tidak perlu di-perdebatkan lagi ….!!
--------------------------------
Namun…
Siapa-kah AL-QUR'AN itu..?
Setiap apa yang di katakan AL-QUR'AN itu adalah Qadim (Kalam Qadim) ini ber-arti AL-QUR'AN itu bersifat Qidam.., Jika ia bersifat Qidam maka AL-QUR'AN bukan-lah Muhadas (yang baru)
--------------------------------
Sebab..
Yang baru itu adalah makhluk yang di-ciptakan-NYA dan yang di-cipta-kan jika ia ber-bentuk Roh maka jelas ia makhluk..
--------------------------------
Pandangan sebagian Ulama mengatakan bahwa AL-QUR'AN itu adalah Qadim yaitu : Awal tiada permulaan.
--------------------------------
Artinya ..
Kalam yang Qadim yang menjadi Hak ALLAH, Jika ia menjadi Hak ALLAH
--------------------------------
Maka..
Ia tidak boleh bersifat Roh akan tetapi harus bersifat DZAT
--------------------------------
Jadi..
Yang bersifat Dzat itulah yang di turunkan oleh ALLAH di dalam dada atau hati manusia,
--------------------------------
Siapakah dia..?
Apakah AL-QUR'AN yang berbentuk Jirim..?
atau Jisim ?
atau Jauharul Fardhi ?
atau Jauharul Basits ?
--------------------------------
Jika AL-QUR'AN itu berbentuk seperti istilah di atas..
maka apakah dia sebenarnya yang di masukan oleh Allah di dalam hati manusia atau di dalam dada manusia..?
--------------------------------
Kita wajib mengetahui hal ini sebab dia berada di-dalam diri kita sendiri, dan juga menjadi Panduan Hidup kita…, Jika ia sebagai panduan hidup manusia.., maka dapat kita katakan bahwa dia itu menjadi panduan kepada ROH, AKAL, NAFSU dan TUBUH yang terdiri dari tulang, daging, urat, darah, rambut, dsb,
--------------------------------
Tanpa ia semua yang ada pada sebuah batang tubuh manusia menjadi tiada berarti sama sekali,
Oleh sebab itu-lah dikatakan agar mencari sesuatu di dalam Diri..
--------------------------------
Apa yang dicari dalam Diri..?
Ini adalah isyarat untuk memahami bahwa AL-QUR'AN itu ada di dalam hati manusia dan ada di dalam dada manusia,
--------------------------------
Mungkin awal-nya kita merasa sulit untuk memahami bahwa AL-QUR'AN itu ada di dalam Diri manusia, Walau apapun itu…… inilah ketentuan ALLAH dalam AL-QUR'AN ,
--------------------------------
Tapi…
Dalam bentuk apa ..?
Jika berbentuk AL-QUR'AN sebagaimana yang kita ketahui (bentuk kitab yang ada huruf dan rupa) Maka itu adalah MUSTAHIL, karena tidak mungkin AL-QUR'AN ber-bentuk spt itu di masukan ke-dalam jasad kita.
--------------------------------
AL-QUR'AN adalah panduan hidup dan mati manusia…
--------------------------------
AL-QUR'AN adalah Kalam Tuhan, yang bersifat NUR untuk seluruh alam ciptaan Tuhan..
--------------------------------
Bagi orang yang berfikir.. akan melihatnya sebagai sesuatu yang Benar dan Suci dan Bersih dengan tiada keraguan terhadapnya,
--------------------------------
Oleh karena itu layak-lah AL-QUR'AN di namakan Kalam yang Qadim yaitu Kalamullah,
--------------------------------
Rasullullah sendiri tidak akan ber-bicara melainkan pembicaraan-nya adalah AL-QUR'AN ini ber-arti berbicara yang benar dan Haq itu di dalam AL-QUR'AN
--------------------------------
Ada ayat yang meng-gatakan AL-QUR'AN ini sebagai Hablillah (tali Allah) yaitu tali yang mengaitkan antara hamba dengan Tuhannya.
--------------------------------
Jika tali ini tidak di pegang teguh..
maka akan bercerai berai-lah manusia bersama Allah.
--------------------------------
Sedangkan..
Hablillah ini mengenal Tuhan-nya sejak dari alam ROH dan ROH-lah yang mengakui bahwa Tuhan itu adalah Rabbi yaitu Tuhan yang mencipta-nya,
--------------------------------
Kalam-Nya tidak pernah dusta..
Sebagaimana Rasullullah bersabda tidak mengikut perasaan-nya melainkan mengikut panduan AL-QUR'AN semata-mata,
__________________________________
KESIMPULAN :
AL-QUR'AN itu bukanlah berbentuk Jirim, Jisim atau Jauhar yang Fardhi karena istilah tersebut adalah berbentuk dalam wujud ke-benda-an.
--------------------------------
AL-QUR'AN yang di maksud-kan oleh ALLAH swt ini bukanlah berbentuk kitab yang ber-jilid dan naskah, akan tetapi ia adalah berbentuk JAUHAR yang sulit untuk di lihat dengan mata kasar.
--------------------------------
AL-QUR'AN tersebut adalah berbentuk Zat, karena Basits itu adalah sebagian dari pada Zat yang di ujud-kan oleh ALLAH dan sesuai dengan Asma ALLAH yang Ma’anawiyah di samping ia adalah IMAM
--------------------------------
Fungsi-nya sebagai IMAM atau Pemimpin sebagaimana yang di kehendaki oleh ALLAH pada setiap muslim menjawab-nya ketika di tanya oleh malaikat Mungkar dan Nangkir di dalam kubur atau berbentuk Hablillah (tali Allah).
--------------------------------
Karena ia IMAM maka ia adalah makhluk yang bertaraf Zat Di alam ROH…
--------------------------------
Ketika ROH itu di tanya oleh ALLAH swt (QS. Bani Isroil ayat 85 dan 86) Maka yang menjawab pertanyaan tersebut ialah yang menjadi ketua atau IMAM kepada ROH, AKAL dan NAFSU
--------------------------------
AL-QUR'AN adalah NUR MUHAMMAD atau HAKEKATUL MUHAMMADIYAH atau di kenal sebagai NYAWA atau NAFS kepada sumber segala kehidupan (Al-Basit)
--------------------------------
Maka dia juga di kenal sebagai makhluk La Yakhluqu = Zat yang tidak menjadikan sesuatu (An-Nahl ayat 17),
--------------------------------
Yang jelas…
AL-QUR'AN yang di masuk-kan oleh ALLAH ke dalam DIRI manusia itu ialah :
--->
NUR MUHAMMAD atau HAKEKATUL MUHAMMADIYAH atau DIRI KEBATINAN manusia yang sebenarnya atau DIRI SEBENAR DIRI yang tidak menanggung dosa.
Karena ia adalah makhluk bertaraf Dzat
--------------------------------
maka..
Ia tidak terkecuali dari beribadah kepada Allah swt ,
--------------------------------
Karena..
Ia beribadah dengan nama Shuhud kepada Wahdah dan juga Kasrah dan Sir.
--------------------------------
Ia juga-lah yang di kenal sebagai NAFSAHU pada ayat mengenal diri dan Tuhan,
--------------------------------
Ia juga-lah yang di kenal sebagai INSAN yang Sempurna yang tidak ada cacat dan celanya.
--------------------------------
ALAM adalah firman ALLAH yang tak tertulis (ayat-ayat KAUNIYAH)
AL-QUR’AN adalah ayat-ayat KAULIYAH. Semua ALAM SEMESTA ter-kandung dalam Asma ALLAH ( BISMILLAH )
--------------------------------
Asma terkandung Kehendak …
Kehendak terkandung dalam Sifat…
Sifat terkandung dalam Af’al
Af’al terkandung pada Dzat
Semua itu adalah HIJAB,
--------------------------------
Karena Asma, Sifat, Af’al bukanlah DZAT itu sendiri …
--------------------------------
Itulah yang dimaksud bahwa segala yang tergambarkan adalah HURUF, dan merupakan HIJAB..
--------------------------------
Sedangkan Dzat berada dibalik TITIK …
Dzat tidak bisa digambarkan oleh sesuatu, …
--------------------------------
Untuk mengetahui Zat ALLAH kita harus MENYINGKIRKAN HURUF dan TITIK.

.
(TUAK ILAHI)